Selasa, 03 Juni 2014

1

Rintihan Hati by Segunda 5

Posted in
Hidup sendirian bukanlah sebuah pilihan, tapi adalah tuntutan. Bukan ingin pergi saja, tapi juga ingin jauh dan tak terlihat. Apa guna kalau memilih diam dan tak berdaya di sana. Lebih baik pergi meninggalkan semua itu.
Walau kehidupan yang ada sangatlah istemewa itu tak cukup membuat hidup ini bahagia. Justru hal yang demikian hanya memberikan siksaan yang mendalam bagi diri ini.
Ingin pergi lebih jauh lagi, tapi tak mungkin. Karena tak ada lagi yang lebih jauh dari ini. Sekiranya ada, itu pun pergi untuk selama-lamanya. Perjalanan yang ada ada sebuah rahasia, tak ada yang tahu persis tentang hari esok kecuali menerka-nerka saja. Walau manusia punya berjuta rencana, tapi tak ada guna jikalau Tuhan tak pernah memberikan kesempatan. Boleh saja manusia punya angan, tapi tetap Tuhan-lah yang menentukan.
Bisa jadi besok kita sudah pergi, pergi jauh meninggalkan semua kehidupan yang serba kemewahan. Kembali kepada-Nya yang Mahakuasa, mengadap sang Ilahi untuk kehidupan berikutnya. Dan kita tak pernah tahu besok itu akan terjadi kapan. Mungkin sekarang atau pun nanti. Hanya Tuhan-lah yang tahu.
Di saat aku mulai memahami ajaran tentang-Nya, aku semakin paham apa yang ku jalani selama ini, tak lain ini adalah takdirnya. Termasuk perihal kasih sayang kepada makhluk-Nya. Awalnya aku merasa ini tak lebih sekedar perasaan biasa yang sering ku alami. Tapi aku salah, Tuhan justru memberikanku kasih sayang yang berbeda kepada makhluk-Nya. Lebih dari sekedar rasa suka, sayang dan cinta.
Tapi jalan takdir yang ku lalui bukanlah yang ku harapkan, aku dianugerahi perasaan yang begitu mendalam kepada makhluk-Nya yang Dia murkai. Dan aku akui semua itu, bahawa Tuhan ingin menguji diriku. Entah untuk ujian keimanan saja atau mungkin ujian yang lebih dari yang aku perkirakan. Tapi yang jelas, Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tak mampu dihadapi oleh makhluk-Nya. Dan ku rasa Tuhan sudah mengatur semua itu.
Wahai insan yang ada di sana, ketahuilah tentang rasa ini. Rasa yang coba aku pendam saja, tapi tak mampu aku terus memendamnya karena sudah terlalu penuh hati ini sehingga tak mampu lagi aku memendamnya. Perasaan yang begitu mendalam yang aku pernah rasakan. Perasaan yang berbeda dengan yang pernah aku alami.
Sungguh tak mampu aku pendam rasa ini, tapi juga tak mampu aku ungkapkan. Setelah semasa aku mengenalmu, aku begitu merindukanmu saat aku harus pergi menjauh. Semakin hari rasa itu semakin mendalam, dan yang tak bisa aku mengerti adalah kenapa aku mempunyai rasa ini kepadamu.
Aku yang awalnya sangat anti untuk miliki rasa kepada insan yang dibenci-Nya, tiba-tiba harus merasakan hal tersebut kepadamu. Rasa yang sempurna, tak ada penyesalan yang aku miliki saat rasa itu hadir. Dan anehnya, semakin hari semakin aku resapi perasaan itu.
Dalam do'a-ku, selalu ku sertakan namamu dan aku selalu berharap Tuhan mau mendengar do'a-ku itu. Tuhan mungkin mendengar do'a itu, sikapmu yang dulu dingin berubah menjadi pribad yang hangat. Walau tak bicara, tapi matamu mengisyaratkan hal itu. Kau juga merasakan hal yang sama.
Tapi hari-hari yang kita lewati tak pernah kita gunakan untuk saling mendekat. Karena aku lebih memilih menjauh saja. Memang berat saat-saat aku yang telah berjuang untuk perasaan ini harus menyerah dengan keadaan yang tak memungkinkan. Mungkin terlihat sepele, tapi bagiku itu sangatlah rumit.
Saat berbicara hubungan lintas agama, aku berpikir tak akan ada titik temu diantara kita. Agama kita berbeda, tak hanya itu saja, tetapi dalam sejarah saja tak pernah ada keharmonisan diantara dua agama ini. Sangat mustahil jika kamu mau merubah sejarah itu. Karena aku sendiri enggan untuk mengubahnya. Bukan karena tak mungkin, tapi itu karena tak akan cerita agama kita mampu bersatu.
Awalnya aku berpikir untuk tetap mengejarmu, berharap kau akan mau mengikuti agama-ku. Tetapi itu sungguh tak mungkin, karena lagi dan lagi sejarah sudah mengatakan hal itu. Itulah kenapa aku harus pergi menjauh darimu.
Walau kadang saat bertemu ku lihat tatapanmu mengerti itu, tapi aku melihat kau tak mampu melakukannya. Seolah tatapanmu itu mengatakan "MAAF" aku tak bisa melakukan itu. Aku memahami itu, karena keluarga juga penting bagimu begitupun aku. Dam mereka mengkhawatirkan keadaan ini. Terutama keluargaku yang tak mengenal toleransi bagi hubungan ini.
Tapi aku bahagia bisa mengenal, walau aku tak ingin lebih jauh mengenalmu. Karea aku takut memberikan luka yang mendalam saat aku mencoba lebih dekat denganmu.
Maafkan aku yang mencintaimu tetapi memilih pergi jauh darimu.
Selamanya untukmu :-* (T..S)

1 komentar:

  1. Best Baccarat In The Philippines - Filipino Casino
    › baccarat › baccarat-in-psu › baccarat-in-psu How 바카라 사이트 To Play Online Baccarat septcasino Games - Find the best games from Philippines online for you in our guide kadangpintar to betting on baccarat and winning.

    BalasHapus

Kalau mau koment yang sopan!!