Senin, 31 Maret 2014

0

Sebuah Kisah Nyata by Segunda 5


Alkisah, seorang anak petani miskin di Amerika Serikat bernama Manti Robert. Dalam sebuah pelajaran sekolah, seorang guru memberi tugas kepada seluruh siswa untuk mengarang tentang impian masing-masing. Dalam tugas itu setiap siswa hanya diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan karangan menegai impiannya. Sepulang sekolah Manti Robert kecil segera menuju sebuah gubuk sawah di pinggiran sungai tempat di mana biasanya ia berkhayal tentang masa depannya. Ia pun segera menuliskan secara terperinci mengenai apa yang ia inginkan di masa yang akan datang. Dalam karangan tersebut, Manti Robert menuliskan bahwa ia ingin memiliki sebuah rumah mewah yang terdiri dari beberapa kamar yang terbuat dari kayu dengan kualitas nomor satu. Rumah yang ia miliki terdapat sebuah kolah renang disampingnya, halamannya cukup untuk menampung parkir 30 mobil, ada ruang pertemuan yang bisa menampung seratus orang, terdapat ruang baca (perpustakaan pribadi) lengkap dengan perangkat multi medianya. Lampu rumah terbuat dari kaca berlapis perak yang sangat indah, di lantai atas terdapar ruangan kosong tanpa atap untuk dapat melihat matahari terbit dan matahari tenggelam, serta untuk menyaksikan indahnya cahaya rembulan di malah hari. Rumah tersebut berada di sebuah komplek peternakan yang sangat luas. Dan di dalam peternakan tersebut terdapat sebuah areal untuk pacuan kuda. Di dekat peternakan tersebut terdapat kolam ikan yang sangat luas. Di dekat kolam ikan terdapat kebun buah-buahan dan sayur-sayuran. Samua ia tulis secara jelas mendetail. Semuanya sangat jelas tergambar tanpa ada satu hal pun yang samar-samar. Setelah satu minggu mengarang, Manti Robert kecil segera mengumpulkan karangannya kepada gurunya, karangan tersebut setebal tujuh lembar.
Beberapa hari setelah membaca karangan anak petani tersebut, sang guru menyerahkan karangan dengan memberikan nilai “F” di sana, yang artinya “Fail” atau gagal. Dengan terkejut Manti Robert kecil pun segera bertanya kepada sang guru. “Guru telah memerintahkan saya untuk mengarang mengenai impian saya, dan saya telah mengarang impian saya seperti yang telah guru perintahkan. Tapi kenapa saya dapat nilai “F”? Sang guru tersenyum dan menjawab dengan sinis. “Manti Robert, Anda hanya seorang anak petani, dan impianmu tidak mumbumi, sehingga saya kasih kamu nilai “F”. Tapi, kalau kamu merubah karangan kamu, mungkin saya akan meluluskan”. Dengan sedih dan kebingungan Manti Robert pulang dan mengadukan dal ini kepada ayahnya. “Ayah, saya disuruh mengarang tentang impian saya oleh guru. Dan saya dapat nilai “F”. Apa yang harus saya lakukan?”. Setelah membaca karangan putranya, sang ayah dengan bijaksana menjawab. “Manti Robert, kamu adalah orang yang paling tahu tentang masa depan kamu. Dah ayah yakin kamu akan mengambil yang terbaik demi masa depan kamu”. Setelah seminggu memikirkan kata-kata ayahnya, Manti Robert datang kepada gurunya dengan membawa karangannya tanpa mengubah satu kata pun. Kemudian ia berkata, “Guru, Anda dapat mempertahankan nila “F” Anda, dan saya akan mempertahankan impian saya”.
Yang paling menarik adi alkisah ini adalah suatu ketika seorang anak petani miskin, bernama Manti Robert berhasil mewujudkan apa yang ia impikan samasa sekolah. Ia berhasil memiliki rumah mewah yang di sana terdapat kolah renang, berada di komplek peternakan, yang terdapat pacuan kuda dan kebun buah serta sayur di sekitarnya, persis seperti yang tertulis dalam karangannya waktu ia masih sekolah dulu. Dan suatu ketika sang guru yang memberinya nilai “F” datang kepeternakannya, ia menyaksikan terdapat bandel kertas yang isinya sebuah karangan Manti Robert semasa sekolah tergantung rapi di atas perapian dan masih ada nila “F” di sana. Sang guru pun menepuk pundak Manti Robert seraya berkata, “Manti Robert, Anda adalah satu-satunya oarang yang telah mengingatkan saya, bahwa ternyata saya adalah pencuri mimpi”.
Nah, sebagaimana cerita di atas, kita juga sering menemukan kejadian yang sama dalam kehidupan di sekitar kita. Ada beberapa orang yang ketika kecil memiliki sebuah impian. Dia ingin ini dan ingin itu. Namun, seiring dengan perjalanan hidupnya ia tak menggapai apa yang ia cita-citakan bahwa hingga meninggalkan dunia ini. Ada beberapa kemungkinan yang telah terjadi dengan orang ini, bisa jadi impiannya telah benar-benar tercuri oleh orang lain atau impiannya tidak benar-benar memotivasi untuk dapat bergerak mewujudkannya. Para pencuri impian itu bisa jadi adalah keluarga mereka sendiri, teman, istri, suami, orangtua, atau bahkan guru mereka sendiri.
Pada dasarnya para pencuri mimpi ini tidak ingin Anda menderita dalam mewujudkan impian yang belum terwujud. Namun, jika Anda terus berjuang untuk menggapai impian yang telah Anda tetapkan. Suatu saat para pencuri mimpi ini akan “angkat topi” untuk Anda ketika Anda berhasil menggapai apa yang Anda impikan.
Dikutip dari bukuTHINK & BE THE WINNER

0 komentar:

Kalau mau koment yang sopan!!